Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Mendung Fatamorgana

 Mendung Fatamorgana  Aku melihat mendung di wajahmu Waktu itu, kau sendiri Aku hanya memandangi raut yang sepi Nyatanya, kau tak pernah menyadari Mendung pun menyeka lukamu Untuk kesekian lagi, bersama rinai Renjana yang belum sempat disudahi Adakah sisa ruang kosong di sisi? Hatimu yang luruh, harus kembali utuh Zona ruang dan waktu terus memburu Entahlah, jejakmu masih saja sama Barangkali aku yang terlalu Rahasia semesta masih semu Anggap saja, ini takdir walau tak harus bersama Gema detak jantungku masih saja sama Aku tak tau apa artinya Lantunannya seperti lagu Aku hanya bisa menyimak tanpa suara Untuk sosokmu, memang selalu membuat rindu Ah! Aku membodohi diri sendiri Terlalu dalam berharap Mungkin memang benar begini Orang yang bermimpi pelangi dalam gelap Sengaja menghanyutkan diri Fatamorgana sekali! Entah sudah berapa kali Rasa yang memaksaku tak pandai berenang ke tepi Semakin hari, semakin tak terkendali Entah sampai kapan Mendung itu kini di sini Aku berada di bawahnya Nu

RAGU

Harapan selalu saja digambarkan dengan sebuah bentuk yang indah nan menawan. Kita berharap, suatu saat keindahan itu bisa kita genggam. Nyatanya, tidak semua harapan atau impian menjelma menjadi realita. Banyak sekali, harapan yang pada akhirnya hanya hidup dalam angan. Kita masih saja berkutat dengan kekhawatiran. Jika nanti ... Padahal hati selalu mengingatkan, ada Sang Maha Penjamin yang sedang menyusun segala skenario terbaik-Nya. Jangan-jangan, kita yang selalu mencoba beriman pada takdir-Nya ini sebenarnya masih menyimpan keraguan? Ragu pada masa depan, sedangkan mulai sekarang masih bisa kita atur ulang. Lebih pantas jika kita meragukan apa yang sudah terlewatkan di masa lalu. Sehingga timbul sebab mengapa kita menjadi ragu seperti ini.