Inilah kita yang sedang tertatih dalam perjalanan.
Kita yang barangkali sedang letih berlatih sabar. Kaki-kaki yang terseok dan terjatuh, di medan perjuangan.
Kita yang telah menguras hidup dengan dengan segala pengorbanan. Pengorbanan energi, perasaan, pikiran, serta curi-curi waktu untuk sekadar meluruskan punggung pada sandaran.
Kehidupan memang seperti ini, ya. Kita paham benar jika tidak semua impian akan datang berwujud kenyataan. Lantas batin pun berkata, "Sudah sejauh ini. Namun, ujungnya semakin tak terlihat."
Impian yang kita kira akan membuahkan bahagia, satu per satu berguguran.
Meneruskan perjalanan ini atau berputar ke arah yang lain? Baik, kita pilih saja. Tidak ada pilihan yang salah di sini. Tidak apa-apa, kita lakukan saja.
Sehebat apa pun kita berencana, tetap rencana-Nya yang akan menuntun kita. Dialah yang berhak penuh dalam menentukan, ke arah mana kita harus berbahagia.
Ada yang mengatakan, jika bahagia adalah cara pandang tentang hidup. Di mana unsur syukur menjadi komposisi utamanya. Sepertinya memang benar.
Bahagia bukan hanya suatu keadaan ketika kita berhasil kepada suatu tujuan, melainkan cara bagaimana kita memandang keadaan di dalam kehidupan.
Ketika kita harus menghentikan langkah, kita bisa berhenti dengan bahagia.
Ketika kita harus berputar arah, kita bisa berputar arah dengan bahagia.
Ketika kita harus melukis kembali impian yang baru, kita bisa lakukan itu dengan bahagia.
Jika pada suatu ketika kita harus terjatuh kembali, kita bisa jatuh dengan rasa bahagia.
Komentar
Posting Komentar