Langsung ke konten utama

Mengapa Harus Cinta?

Mengapa Harus Cinta?
By: Sekar Hidayatun Najakh
Sumber Gambar dari Google Image

Jika ada sepotong pertanyaan “Mengapa harus cinta?” kira-kira kita mau jawab apa? Sepertinya cukup dengan senyuman yaa? Hehe. Baiklah sebenarnya banyak sekali kalimat yang ingin mewakili untuk membuat jawaban dari pertanyaan tersebut, tapi… Tapi apa nih hayo? Tapi kalimatnya sulit diungkapkan melalui lisan, begitu kira-kira ya?


Baik, mari kita sedikit membahas terkait jawaban apa yang sesuai untuk menjawab pertanyaan diatas ya… Nah bicara mengenai cinta, siapa sih yang tidak kenal dengan kata yang satu ini? Iya… cinta. Menurut KBBI, cinta adalah suka sekali atau sayang benar. Nah cinta punya makna yang sangat luas. Contoh sederhananya seperti cinta kepada orang tua, cinta kepada saudara, cinta pada pekerjaan, cinta pada agama, de el el. Berarti cinta adalah kata kerja atau kata sifat atau kata keterangan? Cinta digambarkan seperti sebuah kata kerja yaa gaes, cinta itu juga bisa digambarkan menjadi suatu kata sifat yang menyebabkan, dan cinta itu juga bisa digambarkan menjadi suatu kata keterangan yang melengkapi. Kira-kira, sudah sedikit tergambar yaa…
Banyak sekali orang yang membahas mengenai cinta karena cinta adalah satu kata yang memiliki berjuta makna. Cinta adalah sesuatu yang dianggap nyata namun tidak terlihat secara kasat mata, namun bisa dilihat dan dirasakan oleh hati… eaa. Cinta pada dasarnya adalah fitrah, suci, bersih dan yang paling utama adalah cinta itu anugerah dari Illahi Rabbi. Jadi, jangan buru-buru mengatakan sesuatu “atas nama cinta” hati-hati, karena hakikatnya cinta itu bersih, suci, jadi jangan sampai kegegabahan menjadikannya ternodai.



Jika cinta adalah suci, maka ia mempunyai hak penuh untuk dihiasi dengan iman, dirawat dengan ketaqwaan, dan dijalankan dengan tawakkal alallah. Lah kalau begitu cinta jadi mirip seperti ibadah dong? Benar… dengan menempatkan cinta pada posisi dan derajat yang tepat, cinta juga bisa mengantarkan kita untuk senantiasa dan semakin dekat denganNya. Hanya saja cinta terkadang bahkan sering menjadi kambing hitam oleh rasa yang lain. Begini deh, apa bedanya obsesi dengan cinta? Nah obsesi cenderung mendorong kita untuk terus mengejar sesuatu hingga berangan-angan untuk segera mendapatkannya, obsesi menjadikan kita tampak egois yang menepikan segala faktor penghambat. Obsesi cenderung menjadi negatif, hal ini menyebabkan sakit yang berlebayan jika objek sasaran tidak didapat. Kalau cinta? Nah kalau cinta, ia mendorong kita untuk terus mengejar sesuatu dengan penuh kehati-hatian, setiap langkah menjadikan kita untuk senantiasa bermuhasabah atau introspeksi serta evaluasi. Cinta menjadikan kita semakin dewasa, dengan penuh ikhtiar yang dihiasi doa-doa ketawakkalan kepada Illahi Rabbi. Cinta menjadikan kita paham apa itu ikhlas, menerima segala konsekuensi dan risiko yang terjadi. Cinta menjadikan kita siap dengan segala kondisi, tidak menjadikan kita mengedepankan ego, angkuh, apalagi rapuh.



Obsesi yang gagal, akan menjadikan hati sebagai korban. Hati menjadi patah dan layu. Lalu jika hati yang patah akibat obsesi apakah bisa sembuh dan sehat kembali? Tentu saja bisa. Rasa sakit akan menyadarkan kita untuk mencari cara bagaimana menyembuhkan, serta memberi pembelajaran kira-kira obat apa yang ampuh untuk menawar rasa sakit tersebut. Patah hati akibat dari obsesi bisa disembuhkan dengan cinta. Loh kok cinta? Iya, cinta yang bisa menyembuhkannya. Kita kembali sedikit ke bahasan awal, bahwa cinta itu suci, bersih, ia mempunyai hak penuh untuk dihiasi dengan iman, dirawat dengan ketaqwaan, dan dijalankan dengan tawakkal alallah. Jadi sederhananya, back to love dalam artian alihkan rasa sakit menjadi rasa cinta yang sebenar-benar cinta, cinta yang paling tinggi derajatnya yakni tawakkal alallah.



So, MENGAPA HARUS CINTA? Kita dilahirkan dengan fitrah, suci, dan bersih, maka diri kita juga punya hak untuk mendapatkan cinta dari diri kita sendiri. Tidak akan ada rasa sakit akibat cinta, tidak akan ada rasa tersiksa akibat cinta. Sebab cinta bukan penyakit, cinta bukan penyiksa namun cinta adalah pembahagia, cinta adalah penyembuh, cinta adalah penawar luka, cinta adalah penghapus dahaga dan yang paling utama karena cinta adalah murni berasal dariNya maka, tempatkan ia senantiasa ada dalam perlindunganNya, perlindungan Sang Maha Cinta Rabbul alamin.



“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati” (QS. Al-Hadid: 6)



Wallahua’lam…
Barakallahu fiik… wa aamiin Yaa Rabbi…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seseorang yang Kusebut "Dia"

Pada suatu malam yang panjang, seseorang tengah menghidupkan sebuah perjuangan. Dia berjalan. Perlahan. Menyebut beberapa nama, lantas kemudian menepikan kata sederhana di ujung kalimat akhir. "Aamiin". Dia tertunduk, pasrah. Sampai ... dia pun tak sempat bertanya pada pohon-pohon atau riwayat embusan angin malam itu yang tidak menyerah menghalau rasa dingin, melesat membawa sebuah ingin. Yang terjadi ... dua telapak tangannya hangat, menampung tetesan air mata. Aku melihat sebuah tanda tanya di sepanjang jalan kenang. Harap yang terus dia teriakkan dalam tenang. Apakah dia bermimpi? Aku rasa tidak. Sebuah keyakinan terpatri kuat dalam hatinya. Tentang kuasa Tuhan yang tiada kata "tak mungkin". Sang Mahakuasa yang bisa membuat ada dari yang mulanya tiada. Kusebut dia seseorang yang tengah menanti. Tatkala Tuhan berkata "kun". Lantas inginnya pun terjadi.

Arti Bahagia

Inilah kita yang sedang tertatih dalam perjalanan. Kita yang barangkali sedang letih berlatih sabar. Kaki-kaki yang terseok dan terjatuh, di medan perjuangan. Kita yang telah menguras hidup dengan dengan segala pengorbanan. Pengorbanan energi, perasaan, pikiran, serta curi-curi waktu untuk sekadar meluruskan punggung pada sandaran. Kehidupan memang seperti ini, ya. Kita paham benar jika tidak semua impian akan datang berwujud kenyataan. Lantas batin pun berkata, "Sudah sejauh ini. Namun, ujungnya semakin tak terlihat." Impian yang kita kira akan membuahkan bahagia, satu per satu berguguran. Meneruskan perjalanan ini atau berputar ke arah yang lain? Baik, kita pilih saja. Tidak ada pilihan yang salah di sini. Tidak apa-apa, kita lakukan saja. Sehebat apa pun kita berencana, tetap rencana-Nya yang akan menuntun kita. Dialah yang berhak penuh dalam menentukan, ke arah mana kita harus berbahagia. Ada yang mengatakan, jika bahagia adalah cara pandang tentang hidup. Di mana unsur s

RAGU

Harapan selalu saja digambarkan dengan sebuah bentuk yang indah nan menawan. Kita berharap, suatu saat keindahan itu bisa kita genggam. Nyatanya, tidak semua harapan atau impian menjelma menjadi realita. Banyak sekali, harapan yang pada akhirnya hanya hidup dalam angan. Kita masih saja berkutat dengan kekhawatiran. Jika nanti ... Padahal hati selalu mengingatkan, ada Sang Maha Penjamin yang sedang menyusun segala skenario terbaik-Nya. Jangan-jangan, kita yang selalu mencoba beriman pada takdir-Nya ini sebenarnya masih menyimpan keraguan? Ragu pada masa depan, sedangkan mulai sekarang masih bisa kita atur ulang. Lebih pantas jika kita meragukan apa yang sudah terlewatkan di masa lalu. Sehingga timbul sebab mengapa kita menjadi ragu seperti ini.