Langsung ke konten utama

30 Hari Menulis Novel

Bismillah.

Disampaikan pada: Sabtu, 8 Mei 2021

Di Channel Telegram INDONESIA MENULIS:

http://t.me/MenulisIndonesia


Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Hai, Teman-teman ☺️ Perkenalkan, nama saya Sekar Hidayatun Najakh. Seorang yang baru dan masih mencoba untuk terus belajar menulis, hehe.

Alhamdulillah, pertama tama mari kita haturkan syukur kehadirat Allah ta'ala, Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan kasih sayang-Nya.

Di mana, pada malam hari ini kita bisa bersua di channel Indonesia Menulis ini dengan penuh kebahagiaan, semangat, dan tanpa ada kurang suatu apapun.

Tak lupa pula, saya ucapkan terima kasih kepada Kak Indah yang telah memberikan kesempatan malam ini untuk bisa sharing sedikit ilmu tentang tips menulis novel dalam 30 hari.

Sudah siap, ya, semuanya? 😊


Baik, langsung saja, ya. Ketika kita berbicara mengenai menulis novel, apa yang ada di dalam benak kita?

Susah?

atau

Duh, bisa enggak, ya?

Hehe. Tentu saja hal itu manusiawi sekali, kok. Setiap orang tentu saja pernah merasakan hal demikian.

Ada rasa ragu, cemas, khawatir, dan teman-temannya 🤭


Kekhawatiran memang menjadi momok menakutkan di dalam pikiran. Bahkan, bisa melahap habis impian yang sudah tumbuh di dalam pikiran kita.

So, hati-hati. Perlahan, ketika kita memiliki suatu impian. Coba fokus untuk bagaimana cara memulainya, bukan pada kekhawatiran yang membelenggunya. Apalagi impian mewujudkan sebuah karya tulisan.

Banyak yang masih merasa ragu, ya 😅

Insyaallah bisa, kok ✊

Malam ini, mari kita coba urai sedikit terkait gimana sih, caranya nulis novel bisa selesai selama 30 hari.

Padahal novel biasanya berapa halaman? Sekitar 200-an halaman di ukuran kertas A5, ya, begitu secara umumnya.


Sebelum kita lanjut ke poin-poinnya, saya tekan 'kan sekali lagi. Bahwa, menulis novel bisa selesai selama 30 hari bukan hal yang mustahil, ya.

Tanamkan di dalam benak kita, bahwa menyelesaikan novel selama 30 hari adalah mudah, dan kita semua bisa melakukan itu.

"Ah, tapi, 'kan aku masih belum pernah nulis novel."

Nah, makanya, yuk, dicoba 😁

Kita tidak akan pernah tahu seberapa kita mampu jika tidak pernah mencoba suatu tantangan. Sepakat, ya 🤗

Oke, kita masuk ke poin-poinnya, ya.

Let's check this out!


1. Niat

Ini penting banget ketika kita ingin melakukan suatu hal apapun, termasuk menulis sebuah novel. Jika menulis novel sudah menjadi salah satu list impian yang harus kita perjuangkan, maka, yuk, kuatkan niat kita kembali.

Luruskan niat, bahwa kita ingin menyelesaikan sebuah novel dengan target 1 bulan atau 30 hari.

Dentumkan kembali di dalam hati, "Aku harus bisa dan aku pasti bisa."

Percaya diri dalam niat, ini penting banget. Jangan setengah-tengah dalam niat, ya. Hehe, karena niat ibarat sumber kekuatan pertama yang bakal menemani kita dalam berjuang.

Tidak akan ada langkah kedua, ketiga, dan seterusnya, sebelum adanya hentakan pertama.

Niatkan, bahkan kita ingin menyelesaikan novel dalam rangka menebarkan hikmah kebaikan di dalamnya. Selama diniatkan dalam kebaikan, Insyaaallah bala bantuan dari Allah akan datang dari arah mana saja.


2. Mulai Menulis Ide

Ketika sudah terbersit keinginan bisa menulis dan menyelesaikan novel selama 30 hari, coba mulai buat coretan tentang ide yang ada di kepala.

Minimal, tuliskan genre apa yang akan kita pilih. Misalnya, genre fiksi-misteri kah, romance, thriller ataupun horor. Terserah, yang penting tentukan satu pilihan yang paling pas di dalam hati.

Dari genre yang kita pilih, uraikan pelan-pelan. Seperti apa temanya, sampai ke judul.

Tentukan tokoh, karakter tokoh, konflik dan juga alurnya.

Kenapa harus mulai dituliskan, supaya menguatkan ide biar enggak kabur, hehe.

Kemudian, coba tulis premisnya. Apa itu premis? Premis adalah dasar dari sebuah cerita yang memuat secara singkat, tapi secara gamblang memuat benang merah di dalam suatu cerita. Umumnya cuma satu paragraf.

"Duh, gimana kalau belum ada ide?"

Pasti ada, coba, deh, tanya ke dalam hati masing-masing maunya pengen nulis tentang apa, nah itu aja idenya.

Karena, yang penting di sini bukan menulis secara perfect, ya. Namun, gimana bisa menaklukkan kekhawatiran bahwa menulis novel dalam 30 hari adalah sebuah hal yang bisa banget kita lakukan 😁


3. Memanajemen Waktu

Coba ingat kembali niat di awal. Kita mau menulis dan menyelesaikan sebuah novel selama 30 hari.

Modalnya adalah niat dan poin nomor 2 tadi.

Biar gampang, setiap hari kita memang harus disiplin terhadap waktu. Ingatkan ke diri masing-masing. Kalau menulis novel selama 30 hari butuh kedisiplinan tinggi. Harus siap konsisten dan enggak boleh manja.

"Lah, kok, enggak boleh manja?"

Iya, jangan banyak ngeluh. Sekali kita ngeluh, akan menurunkan performa kita dalam berpikir.

Ingat, ya, jangan banyak ngeluh. Siap untuk berjuang melatih diri sendiri, 'kan? Toh hasilnya nanti juga kita sendiri yang pertama akan menikmati.

Karena kita menulis selama 30 hari, maka minimal setiap hari kita harus mampu menulis sekitar 800-1500 kata.

Setara dengan, minimal kita kudu nulis setiap hari 3 sampai 3,5 halaman A4 di m.word.

"Duh, banyak amat."

Nah, memang untuk ukuran novel segitu, ya. Jadi untuk sampai tamat, total minimal sekitar 30.000 kata.

Biar mudah, setiap hari itu jadikan 1 bab cerita dan beri judulnya. Kenapa harus pakai judul per bab? Untuk menyederhanakan titik fokus poin yang harus kita tulis setiap harinya.

Dengan demikian, benang merah di cerita yang kita tulis tetap terjaga.

Siapkan 2 sampai 3 jam perhari untuk menulis. Bisa dicicil per 1 jam atau sekaligus. Tergantung gaya masing-masing gimana.

Kalau pengalaman saya, sedikit sharing pengalaman, ya. Setiap ada waktu luang, entah setelah salat, setelah makan atau menjelang tidur, saya usahain untuk menyicil naskah sesuai target harian tadi.

Ya, nambah 100 kata atau 50 kata enggak apa-apa yang penting nambah.

Kalau kita nunggu waktu luang, mungkin tidak ada, ya. Yang bisa kita lakukan adalah meluangkan waktu 😊


4. Menulis Dengan Sabar

Ingat, ya. Menulis butuh banget yang namanya sabar. Termasuk jika bener-bener pengen novel kita selesai selama 30 hari. Rasanya bakal lama banget.

Namun, ketika kita sabar dan menikmati setiap prosesnya, semua akan terasa menyenangkan.

Jika, lelah, jangan dipaksa. Silakan istirahat. Alihkan ke hobi dulu aja, misalnya baca buku, menggambar atau menonton film. Sekalian cari ide supaya tulisan kita semakin ciamik.


5. Sistem Reward dan Punishment

Kadang kita susah banget, ya untuk disiplin. Termasuk saya yang masih suka bandel, hehe.

Cara mengatasinya, kalau pengalaman saya adalah berlakukan sistem reward dan punishment untuk diri sendiri.

Misalnya:

Reward.

Selama 5 hari berturut-turut kita udah berhasil menulis naskah dengan disiplin, beri hadiah untuk diri sendiri. Seperti mungkin beli jajan kesukaan, nonton film favorit atau rebahan, *eh 🤭 rebahan untuk mengistirahatkan pikiran sejenak misalnya.

Punishment.

Keimanan aja naik turun, ya. Apalagi semangat dalam menulis. Tentu saja akan ada masa naik dan turunnya. Nah, kalau di 1 hari kita tidak mampu menyelesaikan target menulis itu, hukum diri sendiri. Bentuk hukumannya gimana? Misalnya, istighfar 300x atau bertobat menurut agama masing-masing 😅

Kemudian, berlakukan sistem utang. Berapa utang jumlah kata hari ini, wajib dibayar esok harinya.


6. Peka Terhadap Informasi

Jangan sepelekan informasi apapun. Informasi event menulis novel untuk zaman sekarang udah banyak banget berseliweran di media sosial.

Jangan terlalu cuek untuk sekadar baca info menulis. Bisa aja informasi event menulis datang dari story temen kita. Nah, kalau kita enggak liat, gimana kita akan tahu, ya, kan?

Kenapa enggak boleh cuek dengan informasi apalagi informasi event menulis, sebab di event menulis yang biasa diadain oleh penerbitlah, kesempatan novel kita bakal dibukukan.

"Udah jarang buka sosmed, Kak. Isi sosmed mah itu-itu aja, jadi males."

Hello, gimana isi sosmed kita tergantung gimana kita mengelolanya. Kalau kita berteman atau nge-follow komunitas menulis, teman-teman yang punya hobi nulis, penerbit-penerbit, tentu saja sosmed kita bakal menjadi mood booster kita dalam menulis.

Jangan malas untuk mencari informasi kepenulisan. Event nulis bareng, event menulis novel selama 30 hari itu banyak banget. Rewardnya biasanya kesempatan karya kita bisa dibukukan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Biasanya, ketika kita terikat dengan peraturan yang diberlakukan event nulis seperti itu, kita akan lebih taat dan disiplin dibanding kita nulis sendiri. Iya, apa enggak, ya?

Oke, next yang terakhir, ya.


7. Perbanyak Doa

Usaha tanpa doa seperti makhluk yang kehilangan ruhnya. So, setiap waktu ketika akan menulis atau bahkan sedang menulis, kuatin doa. Selama 30 hari, banyak sekali kemungkinan yang akan terjadi. So, minta dipermudah oleh-Nya.

Minta supaya tulisan kita bisa membawa nilai-nilai kebaikan untuk banyak orang. Terutama untuk diri kita sendiri sebagai penulisnya.

Jangan takut atau ragu kalau tulisan kita jelek. Ya, nama juga belajar. Kita lalui saja step by stepnya dan tetap iringi dengan belajar untuk mempertajam kemampuan kita dalam menulis.

Jangan takut kalau tulisan kita, "Laku enggak, ya?" atau "Adakah yang mau membaca tulisanku?"

Setiap mendung membawa air hujannya masing-masing. Maka, setiap tulisan pun akan menarik hati pembacanya masing-masing.

Kita berjuang di bumi dengan usaha, maka kita sempurnakan keajaiban hasilnya lewat jalur langit.


Semoga tiap kata yang kita tuliskan akan menjadi saksi kebaikan untuk memudahkan kita kelak masuk ke dalam surga-Nya.

Itu saja yang dapat saya sampaikan pada malam yang penuh berkah dan kebahagiaan ini.

Terima kasih untuk Teman-teman yang sudah mampir dan menyimak sedikit hal yang bisa saya bagi. Semuanya tadi sebagai pengingat untuk diri saya juga, hehe.

Baik, saya akhiri dengan hamdallah. Saya kembalikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seseorang yang Kusebut "Dia"

Pada suatu malam yang panjang, seseorang tengah menghidupkan sebuah perjuangan. Dia berjalan. Perlahan. Menyebut beberapa nama, lantas kemudian menepikan kata sederhana di ujung kalimat akhir. "Aamiin". Dia tertunduk, pasrah. Sampai ... dia pun tak sempat bertanya pada pohon-pohon atau riwayat embusan angin malam itu yang tidak menyerah menghalau rasa dingin, melesat membawa sebuah ingin. Yang terjadi ... dua telapak tangannya hangat, menampung tetesan air mata. Aku melihat sebuah tanda tanya di sepanjang jalan kenang. Harap yang terus dia teriakkan dalam tenang. Apakah dia bermimpi? Aku rasa tidak. Sebuah keyakinan terpatri kuat dalam hatinya. Tentang kuasa Tuhan yang tiada kata "tak mungkin". Sang Mahakuasa yang bisa membuat ada dari yang mulanya tiada. Kusebut dia seseorang yang tengah menanti. Tatkala Tuhan berkata "kun". Lantas inginnya pun terjadi.

Arti Bahagia

Inilah kita yang sedang tertatih dalam perjalanan. Kita yang barangkali sedang letih berlatih sabar. Kaki-kaki yang terseok dan terjatuh, di medan perjuangan. Kita yang telah menguras hidup dengan dengan segala pengorbanan. Pengorbanan energi, perasaan, pikiran, serta curi-curi waktu untuk sekadar meluruskan punggung pada sandaran. Kehidupan memang seperti ini, ya. Kita paham benar jika tidak semua impian akan datang berwujud kenyataan. Lantas batin pun berkata, "Sudah sejauh ini. Namun, ujungnya semakin tak terlihat." Impian yang kita kira akan membuahkan bahagia, satu per satu berguguran. Meneruskan perjalanan ini atau berputar ke arah yang lain? Baik, kita pilih saja. Tidak ada pilihan yang salah di sini. Tidak apa-apa, kita lakukan saja. Sehebat apa pun kita berencana, tetap rencana-Nya yang akan menuntun kita. Dialah yang berhak penuh dalam menentukan, ke arah mana kita harus berbahagia. Ada yang mengatakan, jika bahagia adalah cara pandang tentang hidup. Di mana unsur s

RAGU

Harapan selalu saja digambarkan dengan sebuah bentuk yang indah nan menawan. Kita berharap, suatu saat keindahan itu bisa kita genggam. Nyatanya, tidak semua harapan atau impian menjelma menjadi realita. Banyak sekali, harapan yang pada akhirnya hanya hidup dalam angan. Kita masih saja berkutat dengan kekhawatiran. Jika nanti ... Padahal hati selalu mengingatkan, ada Sang Maha Penjamin yang sedang menyusun segala skenario terbaik-Nya. Jangan-jangan, kita yang selalu mencoba beriman pada takdir-Nya ini sebenarnya masih menyimpan keraguan? Ragu pada masa depan, sedangkan mulai sekarang masih bisa kita atur ulang. Lebih pantas jika kita meragukan apa yang sudah terlewatkan di masa lalu. Sehingga timbul sebab mengapa kita menjadi ragu seperti ini.